Apa yang kita tahu tentang 24 Maret? Yap, Hari Peringatan Bandung Lautan Api. Memang, dengan mengenang peristiwa itu, pasti kita akan langsung teringat dengan peristiwa heroik para pejuang-pejuang Bandung dalam mempertahankan kotanya dari serangan Inggris dan sekutunya. Kebebasan dan kedamaian yang kita rasakan saat ini khususnya di kota Bandung memang hasil dari perjuangan para pejuang-pejuang terdahulu, akan tetapi kaula muda jaman sekarang masih menyepelekan hal ini. Minimnya apresiasi pemerintah, minimnya juga catatan-catatan sejarah serta masih simpang siurnya informasi mengenai peristiwa bersejarah ini membuat generasi sekarang semakin lupa dan tidak kenal dengan peristiwa ini.
Kini peristiwa ini hanyalah sebuah peristiwa seremonial yang diperingati setiap tanggal 24 Maret. Tidak lebih dari itu. Buktinya bisa kita lihat dari kondisi monumen dan stilasi-stilasi yang dibangun di beberapa tempat di kota Bandung untuk memperingati peristiwa seputaran Bandung Lautan Api ini. Banyak monumen yang kondisinya memprihatinkan, kotor dan tidak terawat. Pertanyaannya, apakah masyarakat Bandung sadar dengan keberadaan monumen-monumen ini? Lebih jauh lagi, apakah masyarakat Bandung kini masih ingat dengan kronologis peristiwa Bandung Lautan Api ?
Peristiwa yang terjadi pada tanggal 24 Maret 1946 lalu merupakan puncak dari serangkaian peristiwa dalam usaha mempertahankan kota Bandung. Saat itu Inggris dan sekutunya memberikan ultimatum kepada para pejuang-pejuang di kota Bandung untuk berhenti melawan dan menyerahkan kota Bandung. Saat itu juga, PM Sutan Syahrir pun memerintahkan demikian agar jangan melawan Inggris yang jauh lebih kuat supaya kekuatan militer Indonesia tidak hancur. Perintah ini membuat sikap pejuang menjadi terbelah, tetapi akhirnya AH Nasution sebagai pemegang kekuasaan militer tertinggi di kota Bandung memilih untuk meninggalkan kota Bandung tapi dengan melakukan taktik infiltrasi atau bumi hangus sehingga Bandung diserahkan dalam keadaan tidak utuh.
Begitu rencana disetujui, perintah untuk mengungsi segera disebarkan, pengungsi pun mulai terlihat mengular meninggalkan rumah, harta, dan benda mereka. Rencananya mulai pukul 24.00 pembakaran akan dimulai dengan aba-aba ledakan dari gedung Indische Restaurant di kawasan alun-alun. Akan tetapi di luar rencana, pukul 21.00 bom sudah meledak. Pembakaran dan tembak-menembak terjadi dimana-mana sehingga keadaan menjadi semakin kacau. Pada saat itu sebagian rakyat juga membuat barikade-barikade yang dibakar di jalanan dengan maksud untuk merintangi laju pasukan Inggris dan sekutunya, akan tetapi pembakaran itu justru merambat ke rumah-rumah warga. Bahkan tidak sedikit warga yang sengaja membakar rumah mereka sendiri sebagai bentuk penolakan penyerahan kepada penjajah.
Malam itu Bandung benar-benar membara, api melintang dari ujung barat di daerah Cimahi hingga ujung timur di daerah Ujungberung. Bandung benar-benar berubah menjadi lautan api. Langit Bandung pun menjadi merah karenanya, bahkan langit yang merah akibat pembakaran ini terlihat hingga daerah Majalaya dan Garut. Pembakaran ini terus berlanjut hingga subuh. Istilah Bandung Lautan Api menjadi sangat populer karena wartawan muda dari Koran Suara Merdeka yang menerbitkan artikel pada tanggal 26 Maret 1946 dengan judul “Bandung Lautan Api”.
Kenangan peristiwa Bandung Lautan api adalah Tugu Bandung Lautan Api, berada di Lapangan Tegallega di tengah-tengah kota Bandung. Tugu setinggi 45 meter dan memiliki 9 bidang sisi ini dibangun sebagai monumen untuk memperingati, mengenang peristiwa Bandung Lautan Api. Tugu ini pun menjadi salah satu monumen paling terkenal di Bandung.
Dari kronologis-kronologis yang sudah dicantumkan diatas, apakah kita sebagai generasi muda sudah mengingatnya? Yang berlalu biarlah berlalu, tetapi kita harus ingat bagaimana pejuang-pejuang terdahulu kita yang sangat mempertahankan kota Bandung ini. Seperti apa yang pernah dikatakan Bung Karno, “Jas merah, janganlah sekali-kali melupakan sejarah. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya”.
Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengenang dan menghargai peristiwa bersejarah ini, misalnya dengan cara merawat dan menjaga kondisi monumen-monumen, mengajak teman-teman untuk mengunjungi dan mempelajari monumen-monumen ini, serta terus menyebarkan cerita dan peristiwa-peristiwa bersejarah ini kepada orang lain, terutama generasi ke depan sebagai generasi penerus kita. Ini merupakan sebuah tantangan bagi generasi muda sekarang dan selanjutnya untuk senantiasa mengingat beratnya perjuangan mereka terdahulu supaya kita bisa terus berjuang mempertahankan dan mengisi kemerdekaan ini. Dengan mengetahui sejarahnya, kita bisa lebih menghargai serta mencintai kota dan negara kita. Cintai kota kita, cintai sejarah kita. (wati)
