Film Darah & Doa atau Long March of Siliwangi
Sudah beranjak ke minggu-minggu akhir di bulan Maret 2014. Lalu ada apa di minggu-minggu akhir ini? Seperti yang kita tahu bahwa Hari Film Nasional diperingati setiap tanggal 30 Maret. Mengapa harus 30 Maret? Yap, karena pada 30 Maret 1950 adalah hari pertama pengambilan gambar film “Darah & Do’a” atau “Long March of Siliwangi” yang disutradarai oleh Usmar Ismail. Film tersebut mengisahkan tentang perjalanan jauh serombongan tentara bersama para pengungsi yang terjadi kisah cinta antara komando tentara dengan salah satu pengungsi wanita Indo-Belanda.
Itulah film pertama yang benar-benar disutradarai oleh orang Indonesia asli dan juga dilahirkan dari perusahaan film milik orang Indonesia asli, sehingga pada 11 Oktober 1962 konferensi kerja Dewan Film Nasional dengan organisasi perfilman menetapkan hari shooting pertama film tersebut sebagai hari Film Nasional, yang diperingati pada 30 Maret.
Setengah abad lebih pun berlalu. Kini, di tahun 2014 sudah sangat banyak jenis-jenis perfilman di Indonesia, dari mulai yang ber-genre drama, komedi, animasi, petualangan, romance, action, maupun horror sekalipun. Perfilman di Indonesia 2014 ini tidak kalah dari film mancanegara, dari mulai kualitas ceritanya dan teknologinya. Banyak juga film di Indonesia yang mendunia, seperti halnya film “The Witness” yang disutradarai Muhammad Yusuf ini sudah tayang di Filipina sejak 21 Maret 2012 lalu. Untuk pertama kalinya film Indonesia dapat tayang secara komersil di sana, tidak sebatas sebagai pengisi di festival film saja. Tidak kalah lagi, di film “Lovely Man” yang merupakan film Indonesia yang masuk nominasi Osaka Asian Film Festival. Lalu film animasi Indonesia “Meraih Mimpi (Sing to the Dawn)” telah ditayangkan ke sejumlah negara, seperti Singapura, Malaysia, Timur Tengah, dan Rusia. Bahkan seperti dikutip dari Tempo Interaktif, Managing Direktur Kinema Systrans Multimedia yang memproduksi film tersebut menjelaskan bahwa film ini juga dipasarkan ke Jerman dan Eropa Timur. Dan juga film “Laskar Pelangi” yang disambut baik di Indonesia juga mendapat sambutan positif di dunia Internasional. Film yang diadopsi dari novel laris karya Andrea Hirata dengan judul yang sama juga menjadi salah satu film yang diputar pada Festival Film International Fukuoka 2009 di Jepang.
Tapi dari beberapa film di Indonesia yang sudah disebutkan diatas, film “The Raid” lah yang paling laris, yang masuk Box Office Amerika Serikat (AS) dan pernah bertengger pada urutan 11 sebagai film yang paling banyak ditonton di bioskop AS. Film yang menonjolkan bela diri asli Indonesia yakni Pencak Silat ini diputar di 875 bioskop di AS. Selain di AS, film ini juga diputar di beberapa negara lainnya. Mengutip dari cekricek.com, The Raid telah menyabet 3 penghargaan bergengsi dunia, antara lain Cadillacs People’s Choice Award, Toronto International Film Festival 2011 dan The Best Film sekaligus Audience Award- Jameson Dublin International Film Festival.
Dewasa ini memang tema dan penceritaan film Indonesia kian bervariasi. Muncullah tema-tema keluarga, kehidupan keseharian, dan masalah sosial kemasyarakatan di layar lebar, seperti: “5 Cm”, “Cinta Tapi Beda”, “Perahu Kertas”, “Atambua 39 Derajat Celsius”, “Tendangan Si Madun”, “Di Timur Matahari”, “Tenggelamnya Kapal Van der Wijk”, “Sugija”, “Habibie dan Ainun”, dll. Tetapi yang sangat disayangkan adalah masih banyak juga film-film di Indonesia yang menonjolkan sisi negatifnya, seperti film horor dan film dewasa yang juga judulnya sangat aneh, seperti “Tali Pocong Perawan”, “Kuntilanak Kesurupan”, “Pergaulan Bebas”, “Menculik Miyabi”, dll.
Banyaknya tema-tema film yang sepertinya semakin memojokkan moralitas bangsa yang akan berdampak negatif pada kualitas perfilman Indonesia. Semakin banyaknya film-film yang diproduksi namun sepertinya tidak mempunyai arah. Dan yang paling disayangkan tidak sedikit film-film yang menonjolkan tema mengenai kekerasan, cinta, horor dan seksualitas. Film itu tidak hanya di tonton dan selesai. Namun bisa saja menjadi alat propoganda masal kepada setiap penontonya
Walaupun begitu, kita harus ambil sisi positif dari perfilman di Indonesia ini. Perfilman Indonesia memang sedang berkembang. Banyak film-film Indonesia yang di apresiasi dengan positif. Tentu saja film-film yang memang mendidik dan menarik untuk di tonton. Di Hari Film Nasional, 30 Maret 2014 nanti, semoga harapan setiap orang bisa terwujud di suatu saat nanti, yaitu dengan meningkatnya produksi perfilman yang berlatar atau ada kemasan budaya, adat istiadat, dan perjuangan bangsa ini seperti yang amat menonjol pada karakter film Korea, juga Hongkong, India bahkan Perancis, India, Iran, dan Hongkong. Yang secara tidak langsung mengenalkan budaya Indonesia yang melimpah pada dunia. (wati)
